Perang Ketupat
Kab. Bangka Barat
Perang Ketupat merupakan salah satu ritual upacara masyarakat Tempilang (Kabupaten Bangka Barat). Upacara ini dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang dipercaya bertempat tinggal di daratan. Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus yang bertabiat baik dan menjadi penjaga desa dari roh-roh jahat. Oleh Karena itu, mereka harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa.
Tarian Bangka Barat
| Kab. Bangka Barat
Sedekah kampung Dendang
| Kab. Bangka Barat
Desa Dendang pada zaman dahulu bernama dusun Ketapik Timur desa yang berjarak 62 Km dari ibukota Kabupaten Bangka Barat dan terletak dilintasan jalan raya Muntok-Pangkalpinang.
Dendang adalah suatu desae yang terbilang maju diwilayah kecamatan Kelapa dimana rumah-rumah tersusun rapih dengan pekarangan yang bersih, penduduknya ramah tamah dengan sopan santun tutur kata terjaga.
Kalau melihat potret desanya tak salah kalau putra Dendang punya SDM berkualitas dan banyak bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta. Desa Dendang kaya akan pesona alamnya den seni budaya tradisional Campak, tentunya moment ini perlu ditangani secara serius oleh dunia kepariwisataan guna menjemput PAD Bangka Barat kedepan. Lebih dari itu desa Dendang identik dengan khas kerajinan kopiah resam Bangka Barat.
Desa Dendang masih menjaga dan melestarikan warmah dan adat leluhurnya seperti upacara sedekah kampong setiap tahun dengan juadahnya ketupat lepat dan dodol yang terbungkus upih pinang.
ACARA ADAT SEDEKAH KAMPUNG DENDANG
Acara adat bernuansa agama islam, khataman Al-quran massal dilaksanakan pada seminggu sehabis hari raya aidul adha. Tempat pelaksanaan Kantor Kades Dendang dan masjid. Sedangkan waktu pelaksanaan dilaksanakan pada silang hari dari pukul 10.00 WIB s/d selesai.
Susuna Acara Adat
- Penyambutan tamu kehormatan dan undangan dikantor Kades dengan musik gendang hadrah/ rebana, musik dan tari Campak tradisional Bangka Barat.
- Arak-arakan dari kantor menuju masjid
- Acara khataman el-quran dimasjid disaksikan tamu kehormatan dan undangan
- Silaturahmi dari rumah kaum kerabat handai taulan.
Rebo Kasan
I. LATAR BELAKANG
Upacara Rabu Kasan setiap tahun diadakan di desa Air Anyer Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. Upacara ini merupakan tolak balak yang dilaksanakan tiap-tiap hari Rabu di bulan Syafar Tahun Hijriah.
Perkataan Rabu Kasan berasal dari kata Rabu yang terakhir (Bulan Syafar). Menurut keterangan dari beberapa orang ulama, setiap tahun Allah menurunkan bermacam-macam bala lebih kurang 3.200 macam bala ke muka bumi ini pada hari Rabu terakhir di bulan Syafar, mulai terbitnya fajar sampai siang Rabu tersebut.
Maka setiap penduduk pada hari itu hendaklah hati-hati, karena pada hari itulah yang paling mudah dan paling banyak mendapatkan bala (bahaya). Oleh sebab itu dianjurkan pada setiap penduduk yang ada berencana untuk mengerjakan pekerjaan yang berat-berat atau akan bepergian jauh sebaiknya diundurkan atau dibatalkan dulu sampai kira-kira pukul 02.00 siang, serta dianjurkan setiap penduduk pada hari itu sebaiknya berkumpul dan bersama-sama membaca do’a agar tersisih dari sekalian bala yang diturunkan Allah S.W.T pada hari itu.
Ada bermacam-macam cara dan pendapat mereka mengadakan upacara tolak bala tersebut. Pada hari biasanya diadakan di ujung / batas kampung, masyarakat pergi beramai-ramai dan berkumpul di tempat upacara serta membawa makanan-makanan dan yang penting agi adlaah ketupat lepas yaitu ketupat tolak bala dan air wafak. Yang dimaksud dengan ketupat tolak balak yaitu ketupat yang dianyam sedemikian rupa yang mudah terlepas apabila bagian ujung dan pangkal daun yang dianyam itu ditarik. Dan ketupat ini tanpa isi. Demikian juga Air Wafak yaitu air yang telah dicampur dengan air do’a wafak yang diambil dari ayat Al-Qur’an dan do’a ini ditulis di piring porselin yang putih bersih dengan tinta dawer dari Mekkah, kemudian piring yang bertulisan itu diisi dengan air bersih sampai tulisan itu terhapus dan bercampur dengan air tadi. Jika kita memerlukan lebih banyak, maka air ini boleh kita tambah sebanyak mungkin.
II. TEMPAT UPACARA
Pada waktu dahulu upacara ini diadakan di ujung atau perbatasan kampung, di sana mereka berkumpul tua, muda, laki-laki, permepuan setiap yang hadir telah membawa makanan-makanan, dan masing-masing membawa kerupat tolak balak yang telah disediakan masing-masing keluarga. Tetapi sekarang ini telah diadakan di masjid dan yang hadir cukup para lelaki saja, terutama bagi kepala keluarga.
III. JALANNYA UPACARA
- Sehari sebelum upacara Rabu Kasan diadakan, semua penduduk telah menyiapkan segala keperluan upacara tersebut seperti ketupat tolak balak, air wafak dan makanan untuk dimakan bersama pada hari itu.
- Tepat pada hari Rabu Kasan itu, kira-kira pukul 07.00 WIB semua penduduk yang akan mengikuti upacara telah hadir ke tempat upacara dengan membawa sedulang makanan, ketupat tolak bala sebanyak jumlah keluarga masing-masing. Setelah berkumpul semua sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan baru acara segera dimulai.
- Pertama berdirilah seorang di depan pintu masjid dan menghadap keluar lalu mengumandangkan adzan.
- Lalu disusul dengan pembacaan do’a bersama-sama. Selesai berdo’a semua yang hadir menarik/melepaskan anyaman ketupat tolak balak yang terlah tersedia tadi, satu persatu menurut jumlah yang dibawa sambil menyebut nama keluarganya masing-masing.
- Setelah selesai acara melepaskan anyaman ketupat tolak balak tersebut baru mereka makan.
- Setelah makan bersama, lalu masing-masing pergi mengambil air wafak yang telah disediakan termasuk untuk semua keluarganya yang ada di rumah masing-masing.
- Setelah selesai acara ini mereka pulang dan bersilahturahmi ke rumah tetangga/keluarganya.
- Pada akhir-akhir ini banyak yang menggunakan kesempatan ini pada sore-sore harinya terutama bagi muda mudi mencari hiburan di Pantai Air Anyer. Bahkan sekarang ini makin banyak pengunjung yang datang dari luar kampung Air Anyer menyaksikan dan berlibur ke Pantai Air Anyer pada setiap tahun diadakan acara Upacara Rabu Kasan ini.
Mandi Limau
Bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah bagi umat Islam dan sebagian masyarakat kita punya cara tersendiri untuk menyambutnya.
Di Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, masyarakat memiliki tradisi dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan yaitu mandi limau. Yaitu pencucian diri lahir dan batin dengan mandi air limau.
Tradisi mandi belimau diawali dengan ziarah ke makam tokoh masyarakat atau ke pahlawan yang sangat dihormati di Bangka Belitung. Tepatnya di Desa Limbung yakni Makam Depati Bahrein.
Setelah melakukan ziarah, masyarakat pergi ke tempat dimana diadakannya acara mandi belimau yang letaknya sekitar 15 kilometer atau setengah jam perjalanan dari Desa Limbung menuju Desa Kimak, Kabupaten Bangka dengan menggunakan perahu menyisiri Sungai Jada Bahrin. Di pinggir sungai inilah seratusan warga dari anak-anak hingga pejabat daerah Pemda Bangka berkumpul untuk mengikuti prosesi mandi.
Sebelum mandi, Haji Ilyasa yang juga keturunan Lima Depati Bhrein memimpin acara dengan menyiapkan kembang serta campuran ramuan lain kedalam dua gentong air.
Lalu para ulama pun membacakan doa-doa sebelum air gentong digunakan untuk mandi. Usai para ulama berdoa, barulah satu persatu warga di mandikan air belimau. Terlebih dahulu warga dianjurkan untuk berdoa apa saja untuk kebaikan dirinya.
Tradisi mandi belimau sudah ada sejak tiga ratus tahun yang lalu dan sempat berhenti. Namun sejak depalan tahun terakhir, tradisi ini dihidupkan kembali agar tidak hilang ditelan zaman. Tradisi ini biasanya digelar menjelang datangnya bulan suci ramadhan untuk mensucikan diri lahir dan batin.
Bagi warga setempat, dengan berdoa disaat mandi belimau diyakini semua doa akan dikabulkan. Selain mandi ditempat, air belimau pun banyak dibawa pulang oleh warga untuk dibagikan sanak keluarganya yang tidak sempat hadir dalam prosesi mandi belimau ini.